PACU JAWI -- Kerapan sapi paling dramatis didunia

Tahun 2020 rasanya periode paling aneh bagi saya. Karena selama setahun hampir tidak ada perhelatan Pacu Jawi di Sumatera sama sekali. Cukup aneh … biasanya minimal 2 kali dalam setahun saya selalu ke Batu Sangkar di Sumatera Barat mengantarkan rombongan fotografer asing yang sangat berminat mengabadikan pesona dramatis atraksi budaya tersebut. Sejak merebaknya wabah Covid-19 dibulan puasa April 2020, Pemda setempat telah menghentikan kegiatan ini untuk mencegah penyebarannya.

Pacu Jawi adalah budaya khas kabupaten Tanah Datar dikawasan dataran Minangkabau. Yakni sepasang sapi yang berlari kencang disebuah lahan berair bekas sawah dan dipandu seorang joki mahir. Ketika sapi melaju kencang menimbulkan cipratan air dramatis dibelakangnya. Bagi pemandangan mata biasa, momentum tersebut sudah kelihatan memukau. Apalagi bagi para fotografer …  tak ayal suara cekrek-cekrek dari puluhan kamera terdengar seolah tanpa henti tatkala sepasang sapi tersebut berlari kencang.

Kegiatan budaya ini tidak ada ditempat lain karena hanya diadakan oleh para pemilik sapi di kabupaten Batu Sangkar, khususnya di 4 kecamatan yaitu Sungai Tarab, Pariangan, Rambatan, dan Lima Kaum. Mereka mengadakan secara bergantian agar merata. Selain tradisi budaya, Pacu Jawi juga sebagai ajang untuk promosi sapi-sapi mereka agar bisa dijual dengan harga tinggi. Karena selama penyelenggaraan ada beberapa pedagang sapi yang hadir dan mencoba melihat kemungkinan membeli sapi bagus. Sapi-sapi yang menang lomba tentu secara otomatis menaikkan nilai jualnya.

Dilahan sawah berair paska panen dengan panjang antara 60-100 meter, sapi tersebut berlari menuju garis finish. Namun bukan seperti balapan sapi atau kuda pada umumnya dimana pemenang adalah yang tiba di garis finish terlebih dahulu, Pacu Jawi hanya berlari sendiri. Jadi sepasang sapi yang bisa berlari lurus dan mudah dikendalikan adalah sapi-sapi terbaik atau bisa dikatakan pemenang. 


Kadang sepasang sapi tersebut berbelok tajam dan keluar lintasan. Maklum karena 2 ekor sapi yang tidak mungkin sama persis tubuh dan kecepatan larinya, sehingga ada kemungkinan cenderung lari kearah sapi dengan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu, tugas si jokey yang harus pandai mengatur supaya keduanya bisa lari seimbang dan lurus. Untuk tujuan demikian, kadang si jokey harus menggigit ekor sapi yang lemah supaya bisa berlari lebih kencang dan seirama. Oleh karena itu, Pacu Jawi kadang juga disebut Gigik Ikuah (gigit ekor).


Kenapa Pacu Jawi bisa menimbulkan efek cipratan air yang begitu dramatis ?? Kuncinya adalah kayu pengikat sapi yang ujungnya bawahnya diberi sebuah kayu kecil melintang. Sehingga ketika berlari kencang, kayu kecil tersebut bisa menimbulkan cipratan air dibelakangnya. Tergantung berapa banyak debit air dan kencang lari sapi. Hal ini yang membedakan dengan kerapan sapi atau kerbau lainnya yang ujung bawah kayu pengikat sapi hanya lurus dan tajam, sehingga memperkecil peluang cipratan dramatis.

Diantara kerapan sapi sejenis dibelahan dunia lainnya, seperti di Thailand, Vietnam, dan India. Pacu Jawi adalah yang paling populer, dramatis, dan piktorial. Ratusan dan mungkin ribuan foto-foto Pacu Jawi bertebaran di sosial media. Beberapa lomba foto tingkat dunia seperti WPO, NatGeo, Hamdan Photo pernah memilih foto Pacu Jawi sebagai juara-nya; banyak media seperti Telegraph, USA Today, dll juga menampilkan foto-foto Pacu Jawi sebagai atraksi budaya dramatis dari Indonesia. Secara tidak langsung ini juga merupakan promosi gratis ke seluruh dunia. Sehingga setiap helatan Pacu Jawi selalu dikunjungi banyak wisatawan asing, khususnya para fotografer.


Periode paling ramai dari penyelenggaraan Pacu Jawi biasanya minggu-minggu setelah hari raya Idul Fitri. Karena selama 1 bulan sebelumnya – ketika bulan puasa – mereka tidak mengadakan. Biasanya ada ratusan sapi yang ikut lomba dan dihadiri oleh ribuan penonton. Maklum karena momentum ini masih libur panjang dan ada banyak orang-orang Minang perantauan yang masih pulang kampung. Mereka bersosialisasi dengan teman-temannya dan bercerita tentang keberhasilannya diperantauan. Bukankan budaya lelaki Minangkabau adalah merantau; Dan tidak ada keberhasilan tertinggi dalam hidup kecuali keberhasilan diperatauan.


 Jika ingin mengabadikan Pacu Jawi yang legendaris ini, silahkan kontak dibawah ini untuk mengatur perjalanannya.


=====     Sidoarjo 31 Januari 2021     =====



Irsam Photography
(Foto Trip Organizer)

WA :  +62.81357814774
FB :  Irsam Soetarto
IG :  irsamsoetarto

Comments

Post a Comment