ARJUNAWIWAHA ; "Buku" pertama di Jawa masa Hindu Klasik

        Bentuk dari karya sastra yang dihasilkan pada masa Hindu-Budha memiliki beberapa jenis yaitu karya sastra yang berupa prosa (gancaran), puisi (kakawin), dan kidung. Dari ketiga jenis ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan, tetapi dalam karya sastra yang sering ditemukan adalah berbentuk Kakawin. Kakawin memiliki berbagai fungsi yaitu, sebagai perwujudan gagasan keagamaan maupun pemujaan dan penulisan terhadap sang raja.

        Berbagai perbedaan fungsi kakawin inilah yang menciptakaan bermacam jenis karya sastra kakawin pada masa Hindu-budha. Dua diantaranya adalah naskah kuno berupa kakawin yang berjudul Arjunawiwaha dan Parthayadnya. Kedua naskah ini memiliki keterkaitan cerita mengenai Arjuna salah satu tokoh dari cerita epos India Mahabarata.

KAKAWIN ARJUNAWIWAHA

Kitab Arjunawiwaha merupakan permulaan sastra Jawa dalam bahasa Jawa kuno. Kitab ini juga bisa disebut sebuah “buku” paling awal yang dibuat dan ditemukan di Jawa. Kakawin ini digubah oleh pujangga mPu Kanwa sekitar tahun 1028-1035 M. Memang tidak diketahui dengan pasti pembuatannya tahun berapa. Namun pada bait terakhir Pu Kanwa menulis bahwa inilah pertama kali dia menggubah kakawin, tetapi kini hatinya bingung karena segera harus mengiringkan raja Airlangga ke medan perang. Dari kalimat ini jelas bahwa kitab itu digubah pada waktu masih ada raja yang harus ditaklukkan oleh Airlangga dalam rangka konsolidasi politiknya. Angka tahun tersebut merupakan analisa ketika raja Airlangga menaklukkan raja-raja sekitar wilayahnyanya (th. 1028) hingga mencapai puncak kemenangan dengan mengalahkan raja Wurawuri tahun 1035. 

Bagi seorang pujangga, sumbangsih terhadap raja tentu berkaitan dengan puja, puji-pujian atau tulisan. Berbeda dengan tentara yang harus maju berperang. Tulisan tersebut diharapakan bisa membuat sang raja senang dan nyaman dalam menjalankan roda pemerintahan atau bahkan mengiring kemenangan sang raja dalam suatu peperangan. Tulisan bisa berbentuk pujian langsung atau suatu penggalan kisah dari epos legendaris Mahabaratha maupun Ramayana yang menggambarkan personifikasi perjuangan atau pribadi sang raja.

Manuskript Arjunawiwaha dalam daun lontar

Dengan luasnya pengetahuan dan kemampuan olah rasa yang unggul seperti Mpu Kanwa, pilihan tokoh Arjuna pada wanaparwa Arjunawiwaha sebagai penggambaran perjalanan dan pribadi sang raja Airlangga tentu telah melalui study mendalam dan teliti. Perumpamaan itu sangat tepat sekali. Dalam riwayatnya, Airlangga tidak hanya mampu bertindak sebagai seorang satriya pilihan dalam menegakkan dan merebut kembali kekuatan serta hegemoni politik kerajaan Medang yang telah dihancurkan lawan-lawannya. Namun beliau juga mumpuni dalam dunia olah batin setelah sekian tahun hidup sebagai pertapa dilereng gunung Arjuna untuk dalam mencapai pengetahuan spiritual dan keagamaan. Airlangga adalah seorang kesatriya sekaligus yogi. Tepat seperti dalam cerita Arjunawiwaha.

Namun Mpu Kanwa memiliki perspektif sendiri dalam penggambarannya tentang cerita wanaparwa Arjunawiwaha. Alih-alih copy-paste dari alur cerita aslinya pada Mahabaratha, sang empu memberi sentuhan berbeda dalam ending cerita paska kemenangan Arjuna mengalahkan raja raksasa Niwatakawaca. Mahabaratha mengatakan bahwa Arjuna menolak untuk tinggal di keindraan bersama para bidadari cantik jelita karena teringat akan saudara-saudaranya didunia serta tugas yang diberikan kepadanya dalam mendapatkan senjata sakti dari para dewa. Akibatnya diapun dikutuk oleh bidadari Tilotama kelak akan berperan menjadi seorang banci. Sedangkan gubahan Mpu Kanwa menyebutkan Arjuna menerima penghargaan untuk tinggal dikahyangan ditemani dewi-dewi termasuk Suprabha dan Tilotama selama kurun waktu tertentu (sebelum akhirnya kembali kedunia juga). Hal ini sebagai usaha Mpu Kanwa agar Arjunawiwaha mendapat suatu alur cerita terarah dan happy-ending sementara atas suatu perjuangan atau lakon.

Jika dipahami secara seksama juga ada sedikit perbedaan dari riwayat Arjuna dan Airlangga; yaitu bahwa sang Arjuna mula-mula bertapa, lalu dimintaí bantuan dewa-dewa untuk membunuh raksasa Niwatakawaca, baru ia dinobatkan menjadi raja di keinderaan. Sementara raja Airlangga dinobatkan menjadi raja dahulu, baru kemudian menaklukkan musuh-musuhnya.


CERITA ARJUNAWIWAHA

Cerita kakawin Arjunawiwaha terdiri atas 3 bagian utama :

1. Meditasi Arjuna dan dipungkasi dengan 3 ujian

Didalam naskah ini diawali dengan cerita ketika Niwatakawaca raja Himataka ingin menghancurkan kerajaan Indra. Disisi lain tentang keadaan Arjuna ketika melakukan pertapaan di gunung Indrakila untuk memperoleh senjata sakti yang akan digunakan dalam perang besar nantinya. Indra ingin minta bantuan kepada Arjuna yang dipilih dewa sebagai penolong utama.

Goa Selomangleng, Tulungagung

Tujuh bidadari diutus untuk menguji keteguhan tapa Arjuna. Suprabha dan Tilottama memimpin tugas para bidadari itu. Tujuh bidadari menyusuri Indrakila, kemudian tiba di gua tempat Arjuna bertapa. Para bidadari berhias cantik, menggoda dan mencoba menggugurkan tapa Arjuna. Usaha meraka tidak berhasil, para bidadari kembali ke kerajaan Indra, lalu melapor hasil tugas mereka kepada Indra.

Candi Kedaton, Probolinggo

Indra menyamar dalam wujud orang tua, datang di pertapaan Arjuna. Ia ingin mengetahui tujuan tapa Arjuna. Lewat pembicaraan mereka, Indra memperoleh jawaban, bahwa tapa Arjuna bertujuan untuk memenuhi tugasnya sebagai seorang ksatria dan ingin membantu Yudhisthira sewaktu merebut kerajaan dari kekuasaan Duryodhana. Indra sangat senang mendengar penuturan Arjuna, lalu memberi tahu, bahwa dewa Siwa akan memberi anugerah atas tapa Arjuna.

Goa Selomangleng, Tulungagung

Niwatakawaca menyuruh Muka untuk datang di Indrakila, dan membunuh Arjuna. Muka dalam wujud babi hutan mengganggu tapa Arjuna. Arjuna melepas tapanya, lalu berusaha membunuh babi hutan itu. babi hutan berhasil dibunuh dengan panah. Tancapan panah di tubuh babi hutan bersama dengan tancapan anak panah seorang pemburu.

Arjuna berselisih dengan pemburu orang Kirata itu. terjadilah perkelahian. Arjuna hampir terkalahkan, lalu memegang erat kaki pemburu. Pemburu menampakan diri dalam wujud dewa Siwa. Arjuna menghormat dan memujanya. Dewa Siwa menganugerahkan panah Pusupati kepada Arjuna, kemudian lenyap dari hadapan Arjuna.

Candi Surowono, Pare - Kediri

2. Pertempuran Arjuna dengan raja raksasa Niwatakawaca

Selanjutnya setelah melakukan pertapaan datanglah dua bidadari utusan Indra datang menemui Arjuna, minta agar Arjuna bersedia menolong para dewa dengan membunuh Niwatakawaca. Kemudian Arjuna bersama dua bidadari datang di kerajaan Indra. Arjuna dan Supraba ditugaskan untuk mengetahui rahasia kesaktian Niwatakawaca. Mereka berdua pergi ke Himataka.

Supraba disambut oleh bidadari yang lebih dahulu diserahkan kepada Niwatakawaca. Arjuna mengikutinya, tetapi raksasa tidak dapat melihat karena kesaktian Arjuna. Tipu muslihat Supraba berhasil, ia mengetahui rahasia kesaktian Niwatakawaca. Yang berada di ujung lidah. Setelah mengerti rahasia kesaktian Niwaatakawaca, Arjuna membuat huru-hara, dengan menghancurkan pintu gerbang istana. Suprabha terlepas dari kekuasaan Niwatakawaca, lalu meninggalkan Himataka.

Relief candi Surowono, Pare - Kediri

Niwatakawaca merasa tertipu, lalu mempersiapkan pasukan untuk menyerang kerajaan Indra. Para dewa juga bersiap-siap melawan serangan prajurit Niwatakawaca. Maka terjadilah perang besar-besaran. Arjuna menyusup ditengah-tengah barisan, mencari kesempatan baik untuk membunuh Niwatakawaca. Akhirnya anak panah Arjuna berhasil menembus ujung lidah Niwatakawaca. Niwatakawaca mati di medang pertempuran. Perang pun selesai.

3. Penghargaan Arjuna dengan tinggal di kahyangan

Arjuna memperoleh penghargaan dari para dewa. Ia dinobatkan menjadi raja selama tujuh hari surga dan memperisteri tujuh bidadari pernah menggoda tapanya. Setelah genap tujuh bulan, Arjuna minta diri kepada dewa Indra untuk kembali ke dunia, kembali kepada saudara-saudaranya. 7 bidadari pun kembali kecewa.

Goa Selomangleng, Tulungagung

ARJUNAWIWAHA DALAM MEDIA VISUAL

            Selain sebagai kakawin dan “buku cerita” tertua di Jawa, Arjunawiwaha juga merupakan cerita epos paling popular yang dipahatkan pada candi-candi di Jawa Timur. Setidak-tidaknya terdapat 3 candi dan 2 goa meditasi yang berhias cerita atau penggalan Arjunawiwaha.

-       Candi Kedaton (Probolinggo)
Candi Jago
(Malang)
Candi Surowono (Kediri)
Goa Selomangleng
(Tulungagung)
Goa Selomangleng
(Kediri).

Candi Jago, Malang

Namun hanya candi Jago yang memuat 3 bagian cerita Arjunawiwaha dengan lengkap, walaupun ada banyak bagian ke-3 yang terletak dilantai atas candi sudah rusak atau hilang batu candinya. Sedangkan pada candi Surowono dan goa Selomangleng Tulungagung hanya memuat 2 bagian saja. Sementara pada goa Selomangleng Kediri hanya menampilkan satu visual saja.

Visualisasi relief Arjuna pada candi-candi tersebut, tidak semuanya mempunyai komitmen sama dalam urutan pembacaan ceritanya. Ada yang dipahami secara prasawya – bergerak membaca deretan relief berlawanan arah jarum jam – dan secara pradasikna – bergerak  membaca deretan relief searah jarum jam. Candi Jago, candi Kedaton, goa Selomangleng menyajikan urutan secara prasawya. Sedangkan pada candi Surowono agak sedikit membingungkan walau banyak bernuansa pradasikna; 

Goa Selomangleng, Tulungagung

Menarik membahas cerita Arjunawiwaha pada candi Surowono karena merupakan cerita utama dan mendominasi pada dinding candi, pahatannya masih relatif utuh secara 2 dimensi, relatif lengkap visualisasi relief dan ceritanya, dan keunikan deretan pembacaan cerita. Cerita awal bermula disisi timur candi dan dipahami secara prasawya, namun urutan lanjutannya meloncat jauh ke ujung depan candi dan berderet disisi kanan dan kekiri dinding candi dipahami secara pradasikna hingga tuntas. Ada dugaan penempatan demikian karena ingin meletakkan ikonik cerita Arjunawiwaha yaitu sang Arjuna yang sedang bertapa (dan digoda 2 bidadari) berada pada sisi paling sakral dalam konsep kosmologi Jawa kuno : Timur … Timur adalah arah munculnya matahari – sumber kehidupan. Ke arah timur juga menghadap ke gunung tertinggi dan tersuci di Jawa – gunung Semeru – yang sekaligus dianggap sebagai pusat alam raya dalam konsep Jawa kuno.

Candi Surowono, Pare - Kediri

            Kisah Arjunawiwaha dengan tokoh utamanya sang Arjuna bertumpu pada 2 hal : Perjuangan dan Kesetiaan …. 2 Perspektif yang selalu menjadi tema utama manusia untuk mencapai keberhasilan. Dia yang harus berjuang sekuat tenaga dalam menegakkan kebenaran dan membahagiakan orang-orang yang dicintainya serta lingkungannya. Dia juga harus mampu menjaga kesetiaan dan terhindar dari godaan yang bersifat maya agar kembali fokus dalam memperjuangkan keberhasilan dan kebahagian.

            Banyak sekali cerita sukses perjuangan Arjuna dalam membela kebenaran dan keluarganya yang dianiaya. Kemampuan unggul Arjuna tidak lepas dari perjuangan diri lahir dan batin dalam merengkuhnya; Kadang juga harus dibantu pihak lain untuk mencapainya atau sekedar mengingatkannya pada tujuan utamanya sebagai seorang kesatriya. Hal lumrah seorang manusia yang perlu bimbingan untuk menuju kesempurnaan dalam kehidupannya. Dengan demikian tema-tema perjuangan Arjuna sering menjadi inspirasi para pendeta dalam memberi arahan pemilihan cerita untuk relief-relief pada dinding candi. Selain sebagai penyerta dan penyempurna pelepasan sang raja, suri tauladan terhadap para peziarah, penghias keindahan arsitektur candi, juga media pembelajaran terhadap anak cucu kelak dikemudian hari.

Goa Selomangleng, Tulungagung

           Dengan demikian masuk akal apabila ikon Arjunawiwaha adalah adegan ketika Arjuna sedang bersemedi dan ada godaan 2 bidadari. Bisa jadi karena faktor “perjuangan dan kesetiaan” sebagai terjemahan utama atas adegan ini, serta sering dipilih oleh para pendeta sebagai koordinator pembuatan candi atau bangunan suci keagamaan. Perjuangan baik secara fisik dalam pertempuran atau dalam mencari kesuksesan, maupun perjuangan dalam bidang spiritual atau olah batin. Dan apabila diterjemahkan secara harfiah adalah juga perjuangan kesetiaan seorang pria. Sementara godaan 2 bidadari cantik jelita (wanita) merupakan godaan paling kuat setelah mencapai kesuksesan seorang pria khususnya raja. Karena harta dan tahta sudah bukan masalah lagi.

 

Sidoarjo, 23 April 2021

IRSAM PHOTOGRAPHY
(Foto Trip Organizer)


DAFTAR PUSTAKA

- Kalangwan (Zoetmulder) / Hal. 298-315
- Worshiping Siva and Budha, the temple art of East Java (Ann R. Kinney)
- Sejarah Nasional Indonesia II (Depdikbud) / Hal. 255-256


Comments