AIRLANGGA -- Raja pertama Jawa Timur

 

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa "ultah" propinsi Jawa Timur jatuh tgl 12 Oktober. Kenapa tgl itu ??.  “Karena sesuai dengan Perda no.6/2007 dan bertetapatan dengan pindahannya R.M. Tumenggung Suryo (dari Bojonegoro) ke Surabaya tahun 1929 yang akan menjabat sebagai gubernur Jatim pertama sesuai ketentuan pemerintah Belanda saat itu” kata Setia Purwaka (pjs Gubernur 2010)

Namun apakah betul umur Jawa Timur tahun 2020 ini hanya 91 tahun ? Tentusaja tidak. Sejarah perjalanan (wilayah) Jawa Timur jauh lebih tua dari tahun itu. Kita tahu ada kerajaan besar Majapahit (abad 14 – 16), kerajaan Singosari, Majapahit, Kahuripan, hingga raja Sindok yang dipercaya sebagai cikal bakal Jawa Timur sekitar abad 10. Semua berdomisili dikawasan Jawa Timur sekarang ini.

Jawa Timur adalah salah satu propinsi di Indonesia dengan segudang daya tarik, baik ekonomi, politik, budaya, olahraga, dsb. Jawa Timur sering menjadi acuan dalam hal diatas. Bahkan ketika jaman kerajaan Singosari (dibawah raja Kretanagera) dan Majapahit (dibawah raja Hayam Wuruk), boleh dikatakan Jawa Timur adalah pusat Indonesia, ibukotanya.


SIAPA PENCETUS IDE “JAWA TIMUR” ??

Sesuai kronologi sejarah, tentunya Mpu Sindok yang mengawali kesejarahan Jawa Timur sekitar abad 10. Karena setelah periode tersebut tidak lagi ditemukan catatan sejarah dikawasan Jawa Tengah yang sebelumnya menjadi pusat politik dan budaya di Jawa sejak abad ke-5. Mpu Sindok mendirikan dinasti Isyana dikerjaan Medang Kemulan. Beliau juga dianggap sebagai cikal bakal Jawa Timur. Namun seperti umumnya cikal bakal. Biasanya wilayah kerjaannya tidak besar, apalagi sebesar Jawa Timur.


Airlangga-lah yang sesungguhnya patut disebut sebagai raja (baca : Gubernur) pertama Jawa Timur. Dia adalah raja besar Kahuripan pertengahan abad ke-11. Ketika mencapai puncak kejayaan, wilayahnya terbentang mulai Pasuruan hingga Madiun, ditambah pantura Surabaya dan Tuban. Praktis hampir seluruh Jawa Timur menjadi wilayahnya (tanpa menyebut kawasan timur sekitar Blambangan).

Airlangga menghabiskan waktu sekitar 43 tahun untuk mencapai puncak kejayaannya tersebut (sejak pengangkatannya pertama kali tahun 1008). Jatuh bangun beliau mengkonsolidasikan politik dan wilayahnya. Bahkan sempat harus berpindah ibukota kerajaan sebanyak 3x. Tahun 1035 dia berhasil mengalahkan kembali raja Wurawari (dikawasan Madiun) yang dulu pernah hampir membunuhnya tatkala dia sedang gembira mengadakan upacara temanten dengan anak raja Dharmawangsa. Namun karena dia perwujudan dewa Wisnu di dunia, maka dia tidak bisa dibunuh. Demikian penjelasan prasasti Pucangan yang merupakan prasasti terlengkap yang menceritakan tentang Airlangga.

Dengan kalahnya raja besar barat Wurawari, praktis tidak ada lagi kekuatan hegemoni di Jawa Timur sepadan dengan Airlangga. Bahkan bisa juga di Indonesia, karena saingan utamanya kerajaan Sriwijaya (Sumatera) sudah hancur 12 tahun sebelumnya; dikalahkan oleh Rajendra Coladewa dari India. Selanjutnya Airlangga lebih memusatkan energi kekuasan untuk kesejahteraan rakyatnya dan bidang kesenian sebagai legitimasi kamaharajaannya.


Inspirasi raja-raja Jawa Timur

Sebagai raja agung Jawa, Airlangga paham betul bahwa rakyat adalah penopang utama kerajannya. Kesejahteraan rakyat juga kebesaran kerajaan. Sebagai kerajaan yang bertumpu pada pertanian dan perdagangan, sungai adalah hal utama. Beliau membangun bendungan Waringin Sapta tahun 1037 yang bertujuan mengendalikan aliran sungai Brantas yang sering meluap dan merusak pertanian dikala musim hujan. Pelabuhan Hujung Galuh disekitar muara sungai Brantas dekat Surabaya diperbaiki untuk perdagangan dengan pulau dan negara lain. Membangun jalan-jalan darat yang menghubungkan kawasan pesisir utara ke pusat kerajaan supaya arus barang lebih mudah.

Visi sederhananya 1000 tahun yang lalu ternyata juga masih vital dijaman modern sekarang ini. Visi infrastruktur justru menjadi primadona pemerintahan sekarang; pembagunan pelabuhan-pelabuhan, jalan tol, dan bendungan-bendungan. Apalagi Jawa Timur juga masih punya tanggunan pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) yang krusial untuk membangun ekonomi, sosial dan budaya wilayah selatan Jawa Timur.

Sungai Brantas yang merupakan tulang punggung utama pertanian Jawa Timur adalah sumber kehidupan sejak jaman raja Airlangga sehingga pengendalian debit air sungai adalah juga kunci kesejahteraan masyarakat jawa Timur. Oleh karena itu beliau membangun bendungan Warigin Sapta. Pemerintahan republik Indonesia melanjutkannya dengan membangun 7 bendungan disepanjang aliran sungai berjarak 320 km ini. Yang terbesar adalah bendungan Senggruh dan Sutami (Karangkates).

Dalam bidang kesusastraan, Airlangga juga menjadi inspirasi karya sastra raja-raja besar Jawa selanjutnya. Beliau paham betul akan konsep “raja Jawa”; Bahwa “kesaktian” seorang raja tidak hanya bertumpu pada materi semata (wilayah, senjata, dan jumlah penduduk). Namun juga spiritual.

Pada masa kejayaannya, diperintahkan pendeta kerajaan mpu Kanwa untuk mengubah sebuah karya sastra yang menjadi cermin perjalanan karir politik dan biografinya. Digubahlah sastra Arjuna-wiwaha yang tepat menggambarkannya. Itu adalah penggalan kitab besar kuno sastra Mahabaratha. Karya sastra tersebut melukiskan perjalanan, pertapaan dan perjuangan Arjuna (sebagai pilihan dewa) dalam mengalahkan raja raksasa Niwatakawaca. Sama seperti pertapaan raja Airlanga bertahun-tahun di gunung-gunung dan lembah-lembah, mengalahkan musuh-musuhnya (termasuk kerajaan besar kerajaan Sriwijaya dan Wengker), akhirnya bisa mencapai puncak kejayaannya.

Walaupun tidak berhubungan langsung dengan raja Jawa pendahulunya (Dharmawangsa) namun Airlangga mampu menarik minat rakyat Jawa dan mendapat sokongan penuh dari para pendeta untuk menjadi raja Jawa. Beliau berdarah langsung Bali namun menjadi menantu raja Jawa saat itu.

Untuk meligitmasi keabsahan darah raja-nya, diperintahkan membuat prasasti berisikan geneologi (garis kuturunan) hingga mencapai Mpu Sindok sebagai pendiri dinasti Isyana. Dengan demikian rakyat semakin yakin dengan status ke-raja-annya.

Airlangga paham betul bahwa air (tirta) berkaitan erat sebagai sumber kesejahteraan rakyat. Air juga merupakan sumber kehidupan dan. Sehingga wajar Airlangga sangat mengidentikkan diri dengan air. Bahkan kata Airlangga sendiri juga megandung kata “air yang mengalir”. Beliau telah berpesan bahwa kelak nanti ketika meninggal dia ingin ditasbihkan sebagai perwujudan dewa utamanya, Wisnu. Maka didirikanlah candi Belahan (Gempol, Pasuruan), sebuah pentirtaan sederhana namun indah dilereng timur gunung Penanggungan. Disana (dipercaya) raja Airlangga sebagai Wisnu bertahta tinggi diatas kolam (samudra) yang didampingi 2 sakti-nya (sumber kekuatan) yakni dewi Sri dan Laksmi. Dari kedua sakti tersebut mengalir sumber kehidupan (air) bagi rakyat dibawahnya. Terbukti sampai sekarang sumber air dikawasan candi Belahan mampu menghidupi desa-desa sekitarnya dan bahkan sampai jauh dibawahnya melalui penggunaan air sehari-hari dan untuk pertanian.


Sebagai bakti kepada ayahnya yang pasti turut membantu seluruh perjuangan Airlangga dalam mencapai puncak kejayaannya, beliau dimulyakan di candi pentirtaan Jolotundo (lereng barat gunung Penanggungan. Terbukti didinding candi dipahatkan tulisan Jawa kuno dan menyebut “Udayana”. Ayah Airlangga adalah Udayana, seorang raja Bali. Kaitannya Udayana dengan raja Jawa karena beliau berisitrikan salah satu putri wangsa Isyana sebagai penguasa raja Jawa saat itu.

Style raja dengan karya sastra dan pendirian candi ini juga kemudian menjadi pakem dari raja-raja Jawa berikutnya untuk dianggap sebagai raja besar. Raja Jayabaya (Kediri) menggubah sastra Hariwangsa dan Baratayudha, raja Hayam Wuruk (Majapahit) dengan Negarakertagama, raja Mataram Islam dengan Babad Tanah Jawi dan Wredatama. Itu juga sebagai penanda kemaharajannya.

Sementara candi-candi besar di Jawa Timur sekarang ini juga tak lepas dari inspirasi Airlangga. Raja-raja dari dinasti Kediri, Singosari, dan Majapahit juga berlomba-lomba membangun candi untuk menasbihkan ke-raja-annya dan tempat pemujaannya setelah wafat.

Raja besar Jawa Timur

Airlangga adalah contoh raja yang teguh berusaha dan tekun beribadah. Beliau mampu mempersatukan wilayah Jawa Timur menjadi pusat kekuasaan alam raya. Kebijakannya dalam bidang pertanian dan pembangunan bendungan mampu menambah kesejahteraan masyarakat yang umumnya petani. Pilihannya merenovasi pelabuhan di Tuban dan Hujung Galuh dan jalan-jalan darat adalah untuk kemudahan mobilisasi arus barang dan perdagangan dengan wilayah lain. 

Ada dugaan kuat bahwa keberhasilan pola pemerintahan dan perjalanan Airlangga juga menjadi inspirasi beberapa raja dikawasan Asia Tenggara yang sejaman. Disebutkan raja Jayawarman VII (1181 – 1218) dari dinasti Khmer memiliki kemiripan dengan Airlangga dalam biografinya.  Bahkan beliau dipuncak kejayaannya juga memerintahkan pembuatan prasasti untuk tujuan yang sama. Demikian juga dengan raja Kamhaeng (1283 – 1317) dari dinasti Thailand. Beliau bersusahpayah membangun kerajaan Sukothai akibat dihancurkannya Pagan oleh tentara Mongol. Beliau berhasil membawa semangat pembaharuan bangsa Thai, diantaranya adalah mencitakan aksara dan Bahasa Thai sebagai Bahasa resmi kerajaan. Dan dipuncak kejayaannya juga memerintahkan pembuatan prasasti riwayat hidup dan silsilahnya.



Sidoarjo, 19 Feb 2021

IRSAM PHOTOGRAPHY
(Foto Trip Organizer)



Comments