Makam Ratoeh Iboeh Sampang

Makam Ratoeh Iboeh (Ratu Ibu) adalah salah satu cagar budaya di Kab. Sampang. Sejenis makam Airmata Ibu (Arosbaya) atau Asta Tinggi (Sumenep) merupakan kompleks makam dari para bangsawan atau raja kerajaan dilokasinya. Terletak disisi barat daya kota Sampang, tepatnya didesa Madegan sktr 3 km dari pusat kota, komplek makam ini menarik karena adanya hiasan gerbang paduraksa yg masih utuh berdiri.


Didalam komplek makam terdapat beberapa situs makam kuno berasal sekitar abad ke-16 dan ke-17 dengan makam utamanya makam Ratu Ibu. Beliau adalah istri pangeran Tengah dan sekaligus menantu Panembahan Lemah Duwur yang dipercaya sebagai peletak dasar keislaman di kawasan Sampang. Ratu Ibu juga ibu dari Raden  Praseno yang juga menjadi menantu kesayangan Sultan Agung Mataram. Beliau dinobatkan Sultan Agung menjadi raja Madura dan bergelar Pangeran Cakraningrat I. Namun Pangeran Cakraningrat dimakamkan di Imogiri dekat dengan mertuanya.
Kelak cucu Cakraningrat I, krn adanya campur tangan Mataram, menjadi satu-satunya orang yang pernah mengusir raja Mataram dari keratonnya sendiri. Beliau adalah Pangeran Trunjojoyo. Hanya dengan bantuan Belanda, perlawanan Trunojoyo bisa dipatahkan dan sang raja bisa berkuasa kembali dikerajaannya. Dengan demikian komplek makam Ratu Ibu di Sampang bisa juga disebut makam para bangsawan trah Trunojoyo yang legendaris.


Dibelakang makam Ratu Ibu, terdapat masjid kuno Madegan yang dianggap masjid tertua di kawasan Sampang. Masjid ini didirikan oleh Panembahan Lemah Duwur sekitar abad ke-16. Masjid aslinya agak kecil disebelah barat dan menyatu dengan masjid modernnya. Masjid asli berbentuk limasan dan bermahkota kecil diatasnya : corak masjid kuno Jawa seperti masjid Demak dan para Walisongo. Yang sedikit unik adalah tiang asli masjid cenderung miring kekiri. Walau sempat diperbaiki, namun tetap demikian.


Makam-makam kuno disini terbuat dari batu cadas pesisir dan diberi hiasan ukiran indah. Karena terbuka, maka banyak yang aus terkena hujan dan panas. Termasuk makam Ratu Ibu sebagai makam utama. Sebaiknya diberi cungkup agar bertahan lama karena juga merupakan cagar budaya. Hiasan-hiasan makam bercorak pola-pola, bulatan, dan hiasan bunga tanpa adanya unsur binatang. Sesuai dengan syariat Islam. Beberapa nisan diberi tulisan arab dengan hiasan berbentuk matahari bersinar : ciri khas nakam kuno periode kerajaan Majapahit.



Sayang banyak tembok-tembok yang sudah hilang dan hanya tersisa gapura Paduraksa dari keseluruhan komplek makam. Dengan mengambil contoh komplek makam Airmata Ibu di Arosbaya dan semua makam Walisongo serta para wali, dengan adanya gapura paduraksa menjelaskan sebuah komplek makam yang sejenis. Dimana umumnya dibelakang gapura paduraksa adalah makam utama. Konsep yang sama sebuah komplek candi Jawa dan Bali. Dengan demikian tentu keseluruhan makam cukup besar.

Atau ... mungkin memang hanya ada sebuah gapura sebelum masuk ke komplek makam, kita tidak tahu juga. Sebab yang tersisa dan masih relatif utuh hanya gapura ini saja. Seandainya ada gapura-gapura lain, pasti ada minimal petilasannya. Sebab bagi masyarakat Madura kuno, makam juga merupakan bangunan keramat yang tidak sembarangan orang mengambil bahan-bahan bangunannya untuk keperluan pribadi.


Melihat kondisi komplek makam Ratu Ibu, seyigyanya pemkab Sampang bisa lebih berupaya dalam menjaga dan melestarikannya. Karena banyak makam-makam dan khususnya makam utama Ratu Ibu yang perlu pembenahan kembali agar tidak miring dan terlihat indah.



Sampang, 25 Agustus 2021

Irsam Photography
(Photo Trip Organizer)










Comments