Oleh J. Miksic disebut sebagai relief paling fenomenal di
candi Budha Borobudur, Relief ini erletak di “lantai relief dasar pada sisi dinding candi
bagian bawah dan diujung sudut timur laut mendekati pintu utara” (lihat gambar). Relief ini jarang dikunjungi dan sering terlewatkan krn biasanya setelah memasuki pintu masuk relief dasar, pengunjung akan langsung
menuju puncak candi Borobudur; Atau jika mengitari seri relief didasar tersebut, umumnya
akan berakhir disisi barat dan segera menuju ke puncak candi juga.
PERAHU SAMUDRARAKSA
Ini adalah relief “perahu” paling indah dan detail (dari 11 relief perahu) di
candi Borobudur. Dikenal dengan nama “Samudra-Raksa”, perahu Borobudur adalah
refleksi situasi dan kondisi maritim di Jawa sekitar abad ke-8.
Dari tampilan relief, nampak ada minimal 16 orang berada di perahu (lihat lukisan bawah).
Perahu memiliki 2 tiang layar (1 untuk layar utama dan 1 layar penunjang), sebuah
kayu menjorok diujung depan (foresail) seperti style perahu kuno Yunani, kemudi
samping, dan sepasang kayu penyeimbang (outrigger) dikiri dan kanan. Tidak pernah ada penggambaran perahu jenis ini dalam
sejarah kuno dunia. Secara umum bentuknya mirip perahu “kora-kora” yang
merupakan perahu-perahu tempur seperti yang dilihat dan ditulis para pengelana Eropa di kepulauan
Maluku saat awal kedatangannya sekitar abad ke-16.
Kita tahu bahwa candi Borobudur merupakan sebuah mandala raksasa agama Budha. Hanya para biksu yang berpengetahuan tinggi dalam keagamaan paham dengan maksud dan tujuan penempatan relief-relief cerita moral tersebut, sehingga logis bila para Biksu merupakan supervisor dalam pembangunannya. Namun demikian detail praktek pengerjaan candi tentu dilakukan oleh rakyat Jawa yang ulet dan tekun dalam mamahat detail-detailnya.
Bagi keduanya (Biksu dan rakyat jelata) akan
pasti lebih mudah menyelesaikan pahatan ini berdasarkan pengalaman visual
perahu-perahu di Jawa saat itu (abad ke-8). Dengan demikian inilah visualisasi dari suatu kondisi sosial di
Jawa, khususnya bidang maritim.
RUMAH TRADISIONAL
Terdapat hampir 1500 bentuk relief bangunan - baik berupa istana, rumah besar, atau
candi – yang terpahatkan di candi Borobudur. Dan yang menakjubkan tidak ada
bentuk bangunan yang identik satu sama lainnya. Mereka semua merupakan bagian rangkaian cerita moral yang berhubungan dengan
unsur keagamaan (Budha) atau raja (istana).
Namun demikian (hanya) ada 1 bangunan yang “anti-mainstream” yakni sebuah
"bangunan rumah" seperti terlihat pada relief diatas tersebut. Sebuah rumah
dengan bentuk limasan dan runcing diujung depan yang berdiri diatas tanah dengan ruang kosong diantaranya.
Rumah seperti ini masih sering kita lihat di Sumatera dan Sulawesi sebagai bentuk
khas rumah tradisional. Bahkan rumah corak ini merupakan bentuk rumah tradisional khas
di kawasan Asia Tenggara, terbentang mulai dari Myanmar hingga Nusa Tenggara sejak jaman dahulu. Ada kalanya rumah model demikian juga merupakan lumbung padi.
Dalam relief nampak ada 3 orang duduk dibagian bawah sedang mengobrol. Rumah tradisional seperti ini selalu menyisakan sebuah ruang kosong dibawah bangunan inti rumah yang dipergunakan untuk aktivitas sosial atau kadang kandang binatang peliharaan; atau jika dibiarkan kosong sebagai media keamanan dari binatang liar dan melata atau bencana alam seperti banjir.
Tentunya sangat unik bahwa dari lebih 1600 relief dan 1500 bangunan terselip
sebuah bangunan yang anti-mainstream dalam rangkaian relief cerita moral keagamaan
Budha untuk pencerahan pengunjung candi. Tentu para supervisor pembangunan (Biksu) tahu bahwa disitu dipahatkan sebuah bangunan dengan nuansa khas Jawa saat itu.
Namun, terbukti mereka tidak keberatan dengan pahatan tersebut. Mungkin juga bagian sebuah misteri ...
KESIMPULAN
Dari keterangan diatas nampak bagaimana para supervisor (Biksu) dan pemahat (rakyat
jelata) mungkin secara sengaja menyelipkan sebuah gambaran suasana sosial Jawa sekitar abad ke-8 dalam
keseluruhan rangkaian cerita moral agama Budha yang dipahatkan disana. Terbukti
letaknya agak tersembunyi disebuah sudut rangkaian relief dan/yang bisa saja
terlewatkan oleh para pengunjung.
Namun sekarang kita paham – seperti juga tim renovasi (total terakhir) candi Borobudur
1973-1983 yang diketuai oleh Prof. R. Soekmono – bahwa relief ini merupakan
relief paling fenomenal di candi Borobudur. Fenomenal karena anti-mainstream,
bersifat kejujuran, dan khususnya bernuansa sosial Jawa asli.
SARAN
Ketika berkunjung ke Borobudur, pastikan menyelipkan waktu untuk berkunjung ke Museum
Samudraraksa (Perahu Borobudur) sebelah utara candi (dlm rangkaian arus jalan keluar). Disini kita bisa melihat, memahami, dan menyelami
bagaimana kondisi asli “perahu Borobudur” berdasarkan relief fenomenal
tersebut.
Perahu Samudraraksa di museum Borobudur sudah menjalani petualangan sesungguhnya
dilaut luas th. 2003 dengan melakukan perjalanan dari Jakarta (Indonesia)
hingga ke Accra (Ghana – Afrika barat) selama 6 bulan. Perjalanan dibuat dengan
kondisi seperti abad ke-8 yakni tanpa mesin dan hanya menggunakan tenaga angin dan
layar serta kompas alam. Terdapat 15 crew terlibat dalam pelayaran bersejarah tersebut
dengan segala suka dan duka-nya.
PUSTAKA
1. Borobudur - Golden tales of Budha, John Miksic (1991)
2. Borobudur – Prayer in stone, Soekmono/Casparis/Dumarcay (1990)
Sidoarjo, 18 July 2021
IRSAM PHOTOGRAPHY
(Foto Trip Organizer)
Comments
Post a Comment