JATILAN -- kesenian rakyat tak lekang waktu


Kesenian Jatilan sangat populer dikawasan Mataraman – Jawa Tengah; yakni sebuah istilah untuk menggambarkan wilayah kerajaan Mataram yang terbentang dari Banyumas (bagian barat) hingga Kediri (timur) dan Jepara (utara). Istilah lain kadang disebut Jaran Kepang. Yang selanjutnya berkembang menjadi Kuda Kepang atau Kuda Lumping. 2 istilah terakhir muncul karena perkembangan Jatilan diwilayah Melayu seperti Jawa Barat, Sumatera, dan bahkan hingga dataran Malaysia.

Mengacu pada kata Jaran Kepang, ini bermakna kuda (jaran) dengan rambut berhias khas (kepang). Wajar karena kesenian ini menggunakan media kuda ber-kepang sebagai sarana penampilan utamanya. Sementara kata Jatilan diduga berasal dari jarene thil-thilan (kudanya menjoget tak beraturan). Jatilan adalah kesenian rakyat paling populer; jika mengacu pada budaya Mataraman yang lebih keraton sentris.

Selaras dengan makin populernya wisata ke candi Borobudur dan makin berkembangnya desa wisata disekitarnya, maka Jatilan juga ikut terdongkrak sebagai salah satu penunjang acara budaya khas setempat. Jatilan juga sering diminta tampil dalam atraksi-atraksi wisata, selain konsumsi utamanya sebagai kesenian rakyat untuk acara-acara sosial seperti bersih desa, hajatan, atau lainnya. Sebagai seorang Foto Trip Organizer, saya selalu mengadakan acara budaya ini secara private ini ketika mengadakan trip ke Borobudur. Selain memiliki ciri khas budaya Jawa (Indonesia), aktivitas keseniannya sangat ekspresif dan egaliter, juga memiliki angle-angle fotografi dramatis.

Sekar Budaya adalah sanggar kesenian Jatilan tertua didesa Candirejo, sekitar 5 km sebelah timur candi Borobudur. Candirejo adalah desa wisata paling baik diwilayah Borobudur. “Kayaknya sudah ada sejak tahun 1970-an pak” kata mas Manto, salah seorang pengurus sanggar yang aktif. “Nggih .. dulu saya masih kecil sudah ada itu. Saya sering diajak nonton oleh kakek saya” timpal mas Atang, pengurus yang lain.

“Cerita mbah saya bahwa Jatilan ini muncul pada periode perang Pangeran Diponegoro jaman Belanda dulu. Yaitu ketika pasukan berkuda Pangeran Diponegoro berusaha untuk tetap semangat sambil beristirahat disela-sela perang dimalam hari dengan mengadakan tarian-tarian ringan. Bercampur dengan budaya Jawa yang mistis, maka ada penambahan unsur kesurupan-nya” cerita mas Atang.

Salah satu sifat egaliter (kerakyatan) kesenian Jatilan bisa terlihat dari tata busana, lokasi penampilan, dan perangkat gamelannya. Busana sering hanya berhias celana warna dan baju sedikit terbuka serta berhias udeng (topi) warna senada. Lokasi hanya memerlukan sebuah dataran cukup lapang sedikit walau didepan rumah. Sementara perangkat gamelan biasanya hanya gong, peking, dan gendang. Jauh berbeda dengan sistim tarian di keraton yang harus serba lengkap dan terkesan agung.

Agar supaya ekspresif dan rancak tariannya maka gamelan didengarkan dengan intonasi tinggi. Dibuat sedemikian agar para penari bisa larut dalam dinamika yang sedang berlangsung sehingga nanti juga bisa mengarahkan dalam kondisi ectasy (kesurupan). Kondisi demikian biasanya yang sangat ditunggu para penoton karena dalam suatu keadaan yang tidak umum. Namun tidak semua yang bisa menjadi kesurupan, hanya orang-orang tertentu. Itupun juga karena sudah adanya pengaturan sebelumnya oleh si dukun yang berada dibalik layar. 

Momentum kesurupan sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak umum, seperti menari-menari berjumpalitan ditanah, makan bara api, makan gelas kaca, menguliti kelapa pakai gigi, atau kadang yang ektrem makan silet. “Ketika dalam kondisi kesurupan, saya tidak tau apa yang yang lakukan atau makan. Dan semua itu seolah-olah lenyap diperut saya … atau mungkin dimakan roh halus yang memasuki tubuh saya” kata P. Ngatemin yang biasanya kesurupan dan melakukan hal-hal tidak umum tersebut.


Cukup masuk akal karena saya sudah nanggap (mengadakan) atraksi Jatilan ini sejak 5 tahun yang lalu. Setahun saya biasanya nanggap 4-5 kali. Namun beliau sampai sekarang tetap sehat wal-afiat tak kurang sesuatu apa; selalu antusias dalam penampilan dan ramah menyambut tamu. Jika benda-benda asing tersebut merusak bagian dalam tubuhnya, tentu sudah lama beliau seharusnya menderita. Mungkin itu juga salah satu misteri kesurupan tersebut.

Yang cukup mengejutkan, namun justru membanggakan, adalah para penari, penabuh gamelan, dan pembantu umum dari sanggar Sekar Budaya merupakan para pemuda desa. “Mereka mencintai tradisi ini dan berkomitmen untuk terus mejaganya” kata mas Atang. “Walau mereka hidup dan bekerja pas-pasan, namun kecintaan budayanya sangat tinggi. Kebanyakan mereka bekerja sebagai buruh tani atau serabutan. Namun bila ada waktu senggang, seperti hari libur, mereka cukup antusias ikut berpartisipasi” tambahnya. Jangan membayangkan mereka mendapat nilai ekonomi yang banyak. Suatu kondisi yang sangat layak diapresiasi dan diberdayakan oleh kita semua.

Kesenian Jatilan terus berkembang dan selaras dengan kondisi update yang ada. Tidak selalu berjalan sendiri. Sering berpadu dengan kesenian lain agar nampak lebih samara dan variatif. Salah satu kesenian lokal yang sering jalan bersama adalah tari gedrug. Yaitu tari-tarian dengan menghentak-hentakan kaki ke tanah. Untuk menambah dramatis tarian dan suasana, pada kakinya diikatkan seperangkat klitingan agar menimbulkan suara gemerincing keras berirama. Walau pernah berpolemik dengan gubernurnya sendiri (Jawa Tengah) beberapa tahun yang lalu karena dikatakan membosankan, kenyataannya tari Gedrug tetap populer dan banyak diminati masyarakat. 


Perkembangan lain adalah lagu-lagu penyerta kesenian Jatilan juga tidak selalu lagu-lagu gamelan Jawa kuno. Sering bercampur dengan lagu-lagu pop populer namun dalam rancak dinamika kesenian Jatilan. Yang semua juga bertujuan untuk menjaga ritme penari tetap semangat, apalagi yang dalam kondisi kesurupan. Bisa marah besar jika nada suasana membosankan dan tidak excited (rancak).

 Jika anda berminat untuk mengadakan atraksi ini secara private, silahkan kontak saya dibawah ini.

 

======    Sidoarjo 1 Februari 2021    ======

 

Irsam Soetarto
(Foto Trip Organizer)

WA :  +62.81357814774
FB :  Irsam Soetarto
IG :  irsamsoetarto

Comments