Saya pribadi baru tahu adanya candi Kesiman Tengah sekitar
tahun 2012-an ketika seorang teman guide di Malang (P. Yuwono) memberi tahu
tentang adanya candi ini dengan keunikan relief cerita Samudramanthana. Yakni
sebuah cerita kuno yang berhubungan dengan pencarian air suci Amerta. Ketika ada waktu, saya segera mencari candi ini dikawasan desa Pacet, yakni
sebuah kawasan pegunungan disebelah timur kota Mojokerto.
Benar saja candi yang masih berdiri ini, walau hanya dasarannya,
memiliki keindahan karena letaknya ditengah persawahan luas dengan latar
belakang G. Penanggungan (timur) dan G. Welirang (tenggara). Seolah-olah sebuah
bunga teratai ditengah hijau pesawahan. Dan yang sangat menarik adalah adanya
relief Samudramathana tepat dibagian tengah dari 2 tangga masuk ke candi disisi
barat.
Eksplorasi selanjutnya diseluruh candi, tidak ditemukan relief kunci dari referensi suatu cerita Hindu atau Budha untuk mengembangkan dan melengkapi pembukaan cerita Samudramanthana dibagian tangga masuk candi. Justru seluruh sisi selatan, timur, dan utara berisi hiasan relief berbentuk lingkaran (medallion) dengan gambar tertentu seperti hewan kelinci atau tikus, wanita atau semacam apsara atau Kinari didalamnya. Sedangkan ampil ujung tangga masuk dipahatkan semacam raksasa kecil (gana) namun hanya tersisa disisi selatan tangga.
Lingkaran dengan ukiran wanita atau apsara atau kinari didalamnya
dan seolah sedang melayang atau terang terletak ditengah persis masing-masing
sisi. Lingkaran ini diapit lingkaran lain dengan hiasan kelinci atau tikus
didalamnya. Diujung masing-masing sisi terdapat kotak dengan hiasan gana. Namun
yang menarik dujung sisi utara sebelah barat dipajatkan seperti tokoh kera atau
mungkin Hanoman; karena adanya hiasan ekor dibelakang badannya. Menarik lain
adalah adanya separasi kotak antara lingkaran-lingkaran tersebut dengan motif semacam
dwarapala karena adanya kepala besar, mata melotot, mulut menganga, kelihatan
gigi taring, dan lidah menjulur.
Kisah klasik India ini mulai disalin kedalam tulisan Jawa kuno semasa raja Dharmawangsa Teguh dari kerajaan Medang (Jawa Timur) sekitar awal abad ke-11. Karena menarik dan kepandaian para brahmana dalam menceritakan kembali kisah klasik India ini, Samudramanthana kemudian menjadi salah satu cerita Jawa kuno terpopuler saat itu; Bahkan dalam pikiran rakyat Jawa saat itu, mereka beranggapan bahwa cerita ini asli dari Jawa.
Dari referensi-referensi relief Samudramanthana didinding candi di Jawa, ternyata hanya terdapat dicandi Kesiman Tengah. Tentu hal ini unik dan menarik, sekaligus memicu minat lebih jauh kenapa sang pemahat candi atau raja atau bangsawan yang menyuruh pembuatan candi memerintahan dipahatnya relief tersebut … bahkan tepat didepan candi sehingga terkesan menonjol. Apalagi tanpa ada hiasan relief cerita lain diseluruh candi sehingga mengesankan sebagai tema utama.Walaupun tema-tema cerita Samudramanthana juga ditemukan di miniatur candi dari candi Ampel Gading (Malang), namun tidak begitu mencolok seperti di candi Kesiman Tengah. Atau candi Naga di kompleks candi Penataran Blitar yang dengan jelas menggambarkan pahatan naga indah yang ditopang oleh dewa diujung dan bagian tengah candi, namun juga tidak begitu jelas karena tidak menggambarkan aktivitas “mengaduk” sebagaimana merupakan gambaran kunci dari cerita Samudramanthana tersebut.
Cerita Samudramanthana berpatokan pada hiasan atau arca atau
relief dengan 3 unsur utama :
1. Naga
2. Kura-kura
3. Dewa atau asura memegang naga
Sehingga ada banyak persepsi bilamana disebuah candi ditemukan unsur-unsur
tersebut. Contoh naga di candi Naga (Penataran), kura-kura di candi Sukuh, atau
hiasan miniatur candi Samduramanthana di candi Ampel Gading.
Sidoarjo, 5 Sept 2021
Irsam S.
(Fotografer Traveler)
Comments
Post a Comment